Rabu, 24 Desember 2008

curhat

kalau pengin curhat, enakan lewat blog ini aja.

curhat

Minggu, 14 Desember 2008

Guru Bisa Juga Kaya

Tidak salah apabila ada persepsi, “Kalau pengin kaya jangan jadi guru, karena gajinya kecil, apalagi guru tidak tetap (GTT)”. Waktu kerja yang singkat dari profesi seorang guru telah mengkonstruk watak guru kurang akan jiwa kerja keras dan kreativitas. Sehingga kebanyakan hanya terjebak pada aktivitas dalam belajar mengajar saja. Akhirnya berdampak pada kesejahteraan hidup karena pendapatan sekadar menggantung-kan gaji sebagai seorang guru.
Buku pengalaman hidup Hasyim Ashari selama menekuni profesi sebagai guru mulai dengan menjadi guru privat sejak dibangku kuliah, mengelola lembaga privat, mengajar di sekolah formal, menulis buku, dan sekarang menjadi kepala cabang di salah satu bimbingan belajar terbesar di Indonesia punya daya gugah yang kuat. Membaca buku ini akan memberikan banyak inspirasi dan motivasi untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki guru dan bagaimana mengelola waktu luang untuk mendapatkan tambahan penghasilan, bahkan mungkin lebih besar dari gaji pokok Anda sebagai guru di sekolah dengan tidak mengurangi dedikasi dan profesionalisme sebagai seorang guru.
Diawali sebuah renungan akan sindiran pedas dan lugas Iwan Fals lewat lagu Guru Oemar Bakri.
.......................................................
Oemar Bakri.. Oemar Bakri
Pegawai Negeri
Oemar Bakri.. Oemar Bakri
Empat puluh tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri.. Oemar Bakri
Banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri.
Profesor, dokter, insinyur pun jadi
(Bikin otak seperti otak Habibie)

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Sejak Iwan Fals memotret nasib guru tahun 80-an sampai sekarang, di era millenium nasib guru juga belum banyak berubah dalam status ekonominya. Kalau yang pegawai negeri sudah cukup lumayan gaji yang diterima sejak presiden Gus Dur, tetapi bagaimana dengan ratusan ribu Guru Tidak Tetap (GTT) baik di sekolah negeri maupun swasta? Apalagi sekolah yang banyak menampung anak-anak yang kurang mampu. Jangan ditanya gajinya sudah di atas UMR apa belum. Kecuali beberapa guru yang cukup beruntung mengajar di sekolah swasta ‘unggulan’ yang sudah mampu memberikan gaji yang cukup layak, karena muridnya rata-rata dari kalangan menengah ke atas.
Seandainya anggaran pendidi-kan sudah sesuai amanat UUD 1945 sebesar 20%, mungkin nasib guru dan kualitas pendidikan di Indonesia tidak seperti sekarang ini. Tapi sepertinya ini BBM (Baru Bisa Mimpi).
Pengalaman penulis yang memulai ’hidup’ dari bawah, menjadikan buku yang ditulis terasa hidup dan mengalir, layak menjadi buku penuntun bagi insan guru how to (bagaimana untuk) meningkatkan kemampuan meng-ajar dan meningkatkan taraf hidup.
Kritik penulis terhadap kebijakan pemerintah, diungkap-kan dengan cukup berani. Perubahan kurikulum yang hampir terjadi setiap pergantian menteri juga menyebabkan guru sibuk membuat perangkat mengajar tanpa diikuti perubahan metode mengajar secara signifikan seperti yang diharapkan tim pembuat kurikulum. Guru sering disuruh mengikuti sosialisasi kurikulum baru dan pelatihan membuat perangkat mengajar, tetapi begitu sampai di sekolah membuat perangkat mengajar yang ’baru’, tetapi metode mengajar tetap saja ke pola lama. Disorot juga tentang berbagai pelatihan yang diseleng-garakan depdiknas kurang disiapkan secara baik, sehingga ada kesan sekedar mencairkan dana proyek.
Dalam buku ini, penulis menguraikan siapa guru yang bisa hidup enak, hidupnya nggak susah melalui 7 kiat praktis mendapatkan penghasilan tambahan bagi guru. Secara umum ada 3 kelompok. Pertama, mereka adalah para guru yang kreatif memanfaatkan potensinya. Potensi dasar guru adalah tingginya ilmu yang dimiliki dibandingkan masyarakat lain secara umum. Namun sebagian guru tidak diimbangi dengan kemampuan mengkomuni-kasi ilmu dengan metode yang baik dan cocok untuk siswa, sebagian guru diungkapkan penulis bahkan hanya ’sekedar’ mengajar, kurang dedikasi dan mengabaikan profesionalisme sebagai guru. Seperti, kelas sering ditinggal, siswa disuruh mencatat adalah salah satu pemandangan yang masih terjadi di beberapa sekolah yang dilakukan oleh oknum guru.
Dari pengalaman mengajar di sekolah formal dan lembaga bimbingan belajar, penulis berbagi pengalaman bagaimana menjadi guru favorit dengan belajar dan mengembangkan jurus PKS (Performance, Komunikasi, Siste-matika Materi). Jika seorang guru mampu mengembangkan dan menerapkan jurus tersebut, maka status sebagai guru favorit akan di dapat.
Kedua, guru yang kreatif mengelola waktu luangnya diisi kegiatan yang produktif dengan menjadi guru privat, mengajar di bimbingan belajar, menulis buku, atau menulis di media massa.
Ketiga, guru yang berani membuat ’lompatan dalam hidup’ dengan berani berwirausaha, karena banyak jalan menjemput rezeki. Dengan keterbatasan yang dimiliki, tidak semua guru bisa mendapatkan penghasilan tambah-an dengan cara kedua tersebut, seperti guru olah raga, guru kertakes, guru sejarah. Penulis juga memberikan solusi dengan memberikan ’pancingan’ sepuluh usaha mandiri alternatif yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan waktu luang guna memperoleh tambahan penghasilan dengan modal kecil atau tanpa modal.Tak salah jika Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Bapak Dr. H. Shofwan, SH, M.Si memberikan pujian melalui kata pengantar buku ini.”.....merupakan karya seni yang mempunyai nilai mendidik dan menjadikan insan guru mempunyai nilai lebih melalui kiat-kiat praktis mening-katkan pendapatan, tanpa harus bergantung pada pemerintah sepenuhnya.”

Guru Bisa Juga Kaya


Tidak salah apabila ada persepsi, “Kalau pengin kaya jangan jadi guru, karena gajinya kecil, apalagi guru tidak tetap (GTT)”. Waktu kerja yang singkat dari profesi seorang guru telah mengkonstruk watak guru kurang akan jiwa kerja keras dan kreativitas. Sehingga kebanyakan hanya terjebak pada aktivitas dalam belajar mengajar saja. Akhirnya berdampak pada kesejahteraan hidup karena pendapatan sekadar menggantung-kan gaji sebagai seorang guru.
Buku pengalaman hidup Hasyim Ashari selama menekuni profesi sebagai guru mulai dengan menjadi guru privat sejak dibangku kuliah, mengelola lembaga privat, mengajar di sekolah formal, menulis buku, dan sekarang menjadi kepala cabang di salah satu bimbingan belajar terbesar di Indonesia punya daya gugah yang kuat. Membaca buku ini akan memberikan banyak inspirasi dan motivasi untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki guru dan bagaimana mengelola waktu luang untuk mendapatkan tambahan penghasilan, bahkan mungkin lebih besar dari gaji pokok Anda sebagai guru di sekolah dengan tidak mengurangi dedikasi dan profesionalisme sebagai seorang guru.
Diawali sebuah renungan akan sindiran pedas dan lugas Iwan Fals lewat lagu Guru Oemar Bakri.
.......................................................
Oemar Bakri.. Oemar Bakri
Pegawai Negeri
Oemar Bakri.. Oemar Bakri
Empat puluh tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati

Oemar Bakri.. Oemar Bakri
Banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri.
Profesor, dokter, insinyur pun jadi
(Bikin otak seperti otak Habibie)

Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri.....

Sejak Iwan Fals memotret nasib guru tahun 80-an sampai sekarang, di era millenium nasib guru juga belum banyak berubah dalam status ekonominya. Kalau yang pegawai negeri sudah cukup lumayan gaji yang diterima sejak presiden Gus Dur, tetapi bagaimana dengan ratusan ribu Guru Tidak Tetap (GTT) baik di sekolah negeri maupun swasta? Apalagi sekolah yang banyak menampung anak-anak yang kurang mampu. Jangan ditanya gajinya sudah di atas UMR apa belum. Kecuali beberapa guru yang cukup beruntung mengajar di sekolah swasta ‘unggulan’ yang sudah mampu memberikan gaji yang cukup layak, karena muridnya rata-rata dari kalangan menengah ke atas.
Seandainya anggaran pendidikan sudah sesuai amanat UUD 1945 sebesar 20% sudah diterapkan sejak lama, mungkin nasib guru dan kualitas pendidikan di Indonesia tidak seperti sekarang ini. Pemerintah sekarang sudah ada goodwill ke arah sana dan DPR sudah menyetujui anggaran pendidikan pada APBN 2009 menaikkan anggaran pendidikan. Sertifikasi guru juga sebuah langkah maju, meskipun dalam implementasinya... belum sepenuhnya sesuai harapan.

Pengalaman penulis yang memulai ’hidup’ dari bawah, menjadikan buku yang ditulis terasa hidup dan mengalir, layak menjadi buku penuntun bagi insan guru how to (bagaimana untuk) meningkatkan kemampuan meng-ajar dan meningkatkan taraf hidup.
Kritik penulis terhadap kebijakan pemerintah, diungkapkan dengan cukup berani. Perubahan kurikulum yang hampir terjadi setiap pergantian menteri juga menyebabkan guru sibuk membuat perangkat mengajar tanpa diikuti perubahan metode mengajar secara signifikan seperti yang diharapkan tim pembuat kurikulum. Guru sering disuruh mengikuti sosialisasi kurikulum baru dan pelatihan membuat perangkat mengajar, tetapi begitu sampai di sekolah membuat perangkat mengajar yang ’baru’, tetapi metode mengajar tetap saja ke pola lama. Disorot juga tentang berbagai pelatihan yang diseleng-garakan depdiknas kurang disiapkan secara baik, sehingga ada kesan sekedar mencairkan dana proyek.

Dalam buku ini, penulis menguraikan siapa guru yang bisa hidup enak, hidupnya nggak susah melalui 7 kiat praktis mendapatkan penghasilan tambahan bagi guru. Secara umum ada 3 kelompok. Pertama, mereka adalah para guru yang kreatif memanfaatkan potensinya. Potensi dasar guru adalah tingginya ilmu yang dimiliki dibandingkan masyarakat lain secara umum. Namun sebagian guru tidak diimbangi dengan kemampuan mengkomuni-kasi ilmu dengan metode yang baik dan cocok untuk siswa, sebagian guru diungkapkan penulis bahkan hanya ’sekedar’ mengajar, kurang dedikasi dan mengabaikan profesionalisme sebagai guru. Seperti, kelas sering ditinggal, siswa disuruh mencatat adalah salah satu pemandangan yang masih terjadi di beberapa sekolah yang dilakukan oleh oknum guru.

Dari pengalaman mengajar di sekolah formal dan lembaga bimbingan belajar, penulis berbagi pengalaman bagaimana menjadi guru favorit dengan belajar dan mengembangkan jurus PKS (Performance, Komunikasi, Sistematika Materi). Jika seorang guru mampu mengembangkan dan menerapkan jurus tersebut, maka status sebagai guru favorit akan di dapat.

Kedua, guru yang kreatif mengelola waktu luangnya diisi kegiatan yang produktif dengan menjadi guru privat, mengajar di bimbingan belajar, menulis buku, atau menulis di media massa.
Ketiga, guru yang berani membuat ’lompatan dalam hidup’ dengan berani berwirausaha, karena banyak jalan menjemput rezeki. Dengan keterbatasan yang dimiliki, tidak semua guru bisa mendapatkan penghasilan tambah-an dengan cara kedua tersebut, seperti guru olah raga, guru kertakes, guru sejarah. Penulis juga memberikan solusi dengan memberikan ’pancingan’ sepuluh usaha mandiri alternatif yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan waktu luang guna memperoleh tambahan penghasilan dengan modal kecil atau tanpa modal.Tak salah jika Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Bapak Dr. H. Shofwan, SH, M.Si memberikan pujian melalui kata pengantar buku ini.”.....merupakan karya seni yang mempunyai nilai mendidik dan menjadikan insan guru mempunyai nilai lebih melalui kiat-kiat praktis meningkatkan pendapatan, tanpa harus bergantung pada pemerintah sepenuhnya.”
Buku ini bisa menjadi bahan bacaan yang bisa memberikan inspirasi dan motivasi para guru.